Bagi kalian yang mengganggap bahwa yang lokal itu nggak keren, coba segera berhenti beranggapan demikian. Banyak banget loh yang berasal dari lokal tapi bisa mendunia, bahkan dicari-cari dan menjadi inspirasi. Sama banget nih dengan pengalaman disasterchannel.co dan Yayasan Skala Indonesia yang terus mengeskplorasi dan mendokumentasikan pengetahuan lokal mengenai bencana dan bisa go international.
Ceritanya bermula dari penelitian mengenai pengetahuan lokal. Beberapa abstrak mengenai penelitian pengetahuan lokal yang kami lakukan terpilih untuk dipresentasikan dalam symposium internasional yang disebut REGARD. REGARD merupakan akronim dari Rebuilding After Displacement. Kegiatan ini bertujuan untuk mengembangkan kompetensi dalam membangun kembali masyarakat setelah bencana dan pengungsian massal akibat konflik dari perspektif lingkungan binaan. Untuk mengidentifikasi kebutuhan masyarakat setelah bencana dan konflik akibat perpindahan massal dalam perspektif lingkungan binaan. Untuk menyelidiki peran lingkungan binaan dalam meningkatkan kohesi sosial antara masyarakat tuan rumah dan pengungsi. Untuk mengeksplorasi pengetahuan, keterampilan dan kompetensi yang dibutuhkan oleh para profesional lingkungan binaan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tuan rumah dan pengungsi. Untuk mengembangkan, menguji, dan menerapkan serangkaian kursus pelatihan yang inovatif dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan pengungsi.
Dalam simposium internasional ini, Lien Sururoh, content creator disasterchannel.co sekaligus peneliti di Yayasan Skala Indonesia menyampaikan dua hasil risetnya yang berjudul “Collective Memory and Local Knowledge About Disaster In Central Sulawesi” dan “Disaster Risk Reduction With Gender Perspective In Central Sulawesi” pada Senin, 13/12/2021. Sementara Trinirmala Ningrum, Direktur Yayasan Skala Indonesia menyampaikan hasil risetnya yang berjudul “Collective Memory and Local Knowledge About Disaster In Banten” pada Selasa, 14/12/2021. Melalui acara ini, pengetahuan lokal diperdengarkan kepada khalayak ramai dunia.
Gambar 1. Lien Sururoh sedang menyampaikan hasil riset mengenai pengetahuan lokal di Sulawesi Tengah
Dalam paparannya, Lien mengemukakan bahwa “Sebagian kearifan lokal masyarakat tentang daerah tersebut hanya menjadi cerita sejarah. Kearifan lokal belum dianggap memiliki nilai lebih dan efektivitasnya dalam pengurangan risiko bencana belum diakui. Kearifan lokal yang ada belum dipopulerkan dan belum menjadi konsumsi sebagian besar masyarakat”.
Gambar 2, Trinirmala Ningrum sedang mempresentasikan hasil risetnya mengenai pengetahuan lokal di Banten
Sementara Trinirnala atau yang kerap disapa Rini mengemukakan bahwa “Perlu adanya promosi melalui berbagai media massa untuk menghidupkan kembali cerita rakyat dan mengajarkan maknanya agar mudah dipahami oleh generasi yang masih hidup dan yang akan datang”.
“Perlu dikembangkan agar kearifan lokal ini dapat menjadi strategi pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat lokal” tambah Rini.
Melalui symposium internasional ini mereka berdua sama-sama berharap akan bisa lebih diakui dan bisa menjadi bagian dari strategi pengurangan risiko bencana di Indonesia. (LS)