Pengerjaan Fasos Dan Fasum Di Lombok yang dibuat oleh Yayasan Skala Indonesia dan CSR Sampoerna Untuk Indonesia Ditargetkan Selesai Awal Desember

Keberlanjutan program CSR Sampoerna Untuk Indonesia bersama Perkumpulan Skala telah sampai pada tahap pengerjaan fasilitas sosial (Fasos) dan fasilitas umum (Fasum) bersamaan dengan membangun Kampung Siaga Bencana di daerah dampingan.

Desa dampingan itu adalah Desa Sandik di Lombok Barat, Desa Selengan di Lombok Utara, Desa Obel-Obel dan Desa Sembalun Bumbung di Lombok Timur.

Pemilihan desa-desa dampingan didasari dengan daerah yang memiliki potensi longsor yang tinggi, khususnya longsor yang diakibatkan oleh gempa yang telah terjadi di Lombok. Seperti contoh di Desa Sandik sendiri terdapat titik-titik longsor di 16 Dusun.

Di Desa Selengan sendiri memiliki potensi longsor, gempa, kekeringan karena sesar Lombok terdapat di desa ini. “Setelah gempa air menghilang, muncul lumpur di hampir setiap rumah.” Kenang salah seorang warga Desa Selengan dalam satu kesempatan pertemuan dengan tim Skala.

Untuk di Desa Obel-Obel, topografi yang bersebelahan dengan bukit batu menyebabkan potensi longsor dengan material batu yang langsung menghadap ke rumah-rumah warga.

“Ada pemukiman baru, yaitu rumah-rumah yang pindah ke tempat lebih aman. Di sini kita membuat tower air untuk kebetuhan warga, toilet umum yang tersebar di dua titik dan berugak untuk pertemuan maupun posyandu.” Jelas LO Desa Obel-Obel Mulyono.

Fasilitas sosial dan fasilitas umum ini sendiri terdiri dari berugak, mushola, toilet umum dan fasilitas sanitasi lainnya sesuai dengan kondisi daerah masing-masing. Fasilitas umum dan fasilitas sosial ini bisa dipergunakan masyarakat sebagai sarana pertemuan, posyandu dan juga pemamfaatan sanitasi dan air bersih.

Menurut Direktur Eksekutif Yayasan Skala Indonesia, Trinirmalaningrum, pengerjaan fasum dan fasos yang dilakukan Tim Skala dan CSR Sampoerna Untuk Indonesia dengan dukungan masyarakat di empat desa setempat yang dimulai dilakukan minggu keempat Oktober ditargetkan selesai awal desember 2018.

“Jadi kita genjot pengerjaannya selama sebulan lebih. Alhamdulillah masyarakat setempat banyak ikut terlibat berpartisipasi,”tandasnya (Santi/Wan).

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*
*