Kelurahan Nanggewer menyusun rencana kontingensi Bencana Banjir pada 22-23 and 26-27 August 2024. Penyusunan dokumen rencana kontingensi ini merupakan bagian dari program KUAT. Program Komunitas Perkotaan Untuk Aksi Tangguh (STRONG), adalah sebuah program peningkatan kapasitas masyarakat untuk dapat memimpin secara mandiri management risiko bencana di wilayah berisiko tinggi. Program ini dijalankan selama tiga tahun, didanaiUnited States Agency for International Development (USAID) dan dilaksanakan melalui konsorsium yang terdiri dari Miyamoto, Wahana Vision Indonesia (WVI), dan Catholic Relief Services (CRS).
Kontinjensi adalah suatu kondisi yang bisa terjadi, tetapi belum tentu benar-benar terjadi. Perencanaan kontinjensi merupakan suatu upaya untuk merencanakan sesuatu peristiwa yang mungkin terjadi, tetapi tidak menutup kemungkinan peristiwa itu tidak akan terjadi. Perencanaan Kontinjensi sesuai dengan ketentuan Pasal 17 ayat (3) PP 21/2008 dilakukan pada kondisi kesiapsiagaan yang menghasilkan dokumen Rencana Kontinjensi (Contingency Plan).

Dokumen rencana kontingensi adalah dokumen yang disusun melalui suatu proses perencanaan penanganan situasi darurat bencana pada jenis bahaya tertentu, in an uncertain situation, with agreed scenarios and objectives, technical and managerial measures are defined, and a mutually agreed upon potential response and deployment system for prevention, or better cope in emergency situations and be formally defined.
Kelurahan Nanggewer Susun Rencana Kontingensi Bencana Banjir
Kelurahan Nanggewer adalah salah satu wilayah yang memiliki ancaman bencana banjir. Beberapa kali banjir yang merugikan terjadi di wilayah ini, di antaranya pada tahun 2016, 2018, 2019, 2020 and 2023. Puluhan rumah terendam, bahkan pada kejadian banjir 2019 terdapat empat rumah yang hanyut terbawa arus Sungai Cikeas. Berdasarkan sejarah kejadian bencana banjir yang menimpa wilayah ini, warga memilih untuk membuat rencana kontingensi banjir. Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana.
Penyusunan rencana kontingensi, dilakukan dengan membuat skenario kejadian dan asumsi dampak terparah yang mungkin akan terjadi di Kelurahan Nanggewer. Kemudian dilanjutkan dengan pemetaan sumber daya manusia dan juga peralatan yang dapat dimobilisasi ketika bencana terjadi. Lalu dilanjutkan dengan pembentukan struktur pos komando tanggap darurat bencana serta menyepakati tugas pokok dan fungsi dari masing-masing struktur yang dibentuk. Para peserta juga menyusun rencana operasi tanggap darurat bencana. Kegiatan diakhiri dengan penyelenggaraan table top exercise atau latihan di atas meja mengenai dokumen yang telah disusun.

Ratri Pudyastuti (44) salah satu peserta penyusunan dokumen rencana kontingensi menyampaikan bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat untuk membuka wawasan mengenai hal yang akan kita lakukan ketika menghadapi situasi sesaat sebelum terjadinya bencana.
“Dari pelatihan ini, kita jadi tahu langkah – langkah apa saja yang harus dilakukan untuk bisa meminimalisir kerugian akan dampak yang akan terjadi” kata Ratri.
Read too: 10 Subdistricts in Cibinong District Agree to Form KSB / THE EPISODE
Ratri berpendapat bahwa sesi pelaksanaan table top exercise adalah bagian yang menarik. “kita jadi bisa simulasi akan keadaan yang akan kita hadapi di depan ketika hal tersebut terjadi dan sudah tahu langkah yang harus kita jalankan jadi lebih teratur dan terarah” tambah Ratri.Ratri berharap, setelah pelaksanaan program KUAT, kelompok Kampung SIaga Bencana (KSB) Kelurahan Nanggewer dan masyarakat lainnya dapat mengaplikasikan seluruh ilmu dalam rangkaian pelatihan yang telah diberikan.
Writer: Sururoh Link