Cuaca mendung, dingin dan gelap ini si enaknya tarik selimut lanjut bobo cantik. Tapi, sayang rasanya kalau masa muda hanya dipenuhi dengan rebahan saja. Hal inilah yang dirasakan oleh sekelompok pemuda yang terpilih mendapat kesempatan untuk belajar menulis dan fotografi serta menjelajah jejak gempa di Batavia pada 24 Februari 2023. Hujan bukanlah apa-apa bagi mereka yang senang berkegiatan untuk meningkatkan pengetahuannya untuk menulis mengenai isu kebencanaan. Gedung BPBD DKI Jakarta di Jalan K. H. Zainul Arifin No. 71, Jakarta Pusat menjadi saksi semangat mereka belajar sambil mempraktekkan beberapa ilmu jurnalisme.
Acara dimulai dengan sambutan dari Isnawa Adji M.A.P, ia menyebutkan bahwa Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI memiliki ruang literasi kebencanaan, terdiri dari beberapa ruang simulasi berbagai bencana yang bisa dikunjungi oleh seluruh warga DKI Jakarta dan merupakan yang pertama di Indonesia. Literasi bencana menjadi begitu penting, oleh karenanya ia berpesan kepada semua hadirin untuk dapat memperbanyak akses informasi dan literasi bencana dan menyebarkannya ke khalayak ramai melalui berbagai macam platform.
Banyak yang bilang bahwa menulis bukanlah budaya masyarakat Indonesia. Tetapi beberapa karya sastra banyak pula dihasilkan oleh negeri ini sejak zaman klasik. Menulis membuat kita dapat mereproduksi pengetahuan dan itu penting untuk terus dilakukan. Pelatihan menulis kali ini difasilitasi oleh Lien Sururoh, content writer dari disasterchannel.co. Lien mengajak semua peserta untuk menulis dengan cara memulainya. Beberapa Langkah dalam menulis di antaranya adalah menentukan ide, menentukan angle, membuat outline, mengumpulkan data kemudian menulisnya, terakhir kita harus menyunting tulisan tersebut.
Selanjutnya, materi fotografi akan disampaikan oleh Nugrah Arya Tama, divisi pengembangan media Yayasan Skala Indonesia dan videographer disasterchannel.co. Nugrah menjelaskan fotografi adalah seni dalam memanfaatkan cahaya. Dalam fotografi terdapat beberapa elemen di antaranya ISO, Shutter speed dan Aperture. Semua orang bisa menjadi fotografer dengan menggunakan smartphonenya, tidak harus menggunakan kamera untuk memproduksi foto yang baik, apalagi dalam kondisi bencana yang sedang menghampiri.
Terakhir, 15 pemuda itu kemudian mempraktekkan berbagai macam Teknik fotografi dengan berbagai objek di ruang literasi. Semua antusias mengikuti pelatihan, canda, tawa riang gembira begitu terpancar dari setiap pasang mata dalam acara ini. semua yang dipelajari pada hari ini akan mereka praktikkan esok hari saat penjelajahan jejak gempa Batavia berlangsung. (LS)